Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Menolak Keragaman Indonesia Berarti Melawan Sunatullah

Gambar
Menteri Agama RI H Lukman Hakim Saifuddin mengatakan keragaman Indonesia bisa dikatakan nyaris sempurna. Ragam dalam budaya, agama, sukku bangsa, bahasa, sampai flora dan faunanya. Keragamana tersebut merupakan anugerah luar biasa dari Allah SWT. <> “Keragaman adalah sunatullah, given, karenanya pikrian, kehendak menyeragamkan realitas kemajemukan sesunguhnya boleh dikatakan melawan, menentang kehendak tuhan,” katanya saat membuka konferensi tahunan ilmiah internasional atau Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Manado, Sulawesi Utara, Kamis malam (3/9). Menurut dia, Tuhan menghendaki keragaman di tengah-tengah umatnya supaya bisa saling melengkapi dan menyempurnakan. Banyak ayat Al-Quran tentang keragaman. Kalau saja Allah menghendaki menciptakan kita semua umat yang satu, maka Allah bisa. Tapi Allah tidak melakukan itu,” tambahnya. Ia menambahkan, melalui keragaman itu, manusia hadir di muka bumi diperintahkan mengelolanya atau disebu

APAKAH DEMOKRASI SEJALAN DENGAN ISLAM ?

Gambar
Ajaran tentang keadilan dalam Islam mendukung prinsip demokrasi Thaha Husein, pakar pembaru pemikiran Islam asal Mesir menjelaskan bahwa siapa saja yang berusaha mengajak umat Islam, khususnya orang-orang Mesir untuk kembali kepada sikap hidup yang berlaku di  zaman Fir’aun, di zaman Yunani-Romawi, atau di masa-masa permulaan Islam, akan dicemooh rakyat. Masyarakat termasuk kalangan konservatif dan mereka yang tidak senang dengan setiap usaha pembaruan ajaran Islam juga menilai bahwa kembali ke warisan kuno Islam adalah sikap yang keliru. Lebih jauh Thaha mengatakan: “Kita harus menyadari pula bahwa tanda tangan yang kita bubuhkan dalam naskah-naskah perjanjian internasional, yang dengannya kita memperoleh kemerdekaan, dan dengannya pula kita terhindar dari kekalahan, jelas mewajibkan kita untuk mengikuti jejak bangsa-bangsa Eropa dalam pemerintahan, ketatanegaraan, dan dalam hukumnya. Obsesi Thaha Husein untuk mengambil sistem pemerintahan demokrasi Barat didasarkan pada

Bersama Membangun Bangsa dalam Keberagaman

Gambar
Maraknya tindakan  intoleransi dan kekerasan antarumat beragama yang berkembang saat ini membuat Forum Pengasuh Pesantren Muda (FP2M) Jawa Timur mengadakan kunjungan dan Dialog Lintas Iman dengan tema “Bersama dalam Keberagaman untuk Membangun Bangsa” ke Komunitas Gusdurian Yogyakarta.  Acara tersebut bertempat di Forest Kitchen & Gelato, Kamis (18/8). Hadir dalam acara tersebut antara lain Pengasuh Muda dari Jawa Timur, Gusdurian Jogja, dan Delegasi lintas Iman, Gus, pendeta, dan Pastur Yogyakarta.  “Tujuan dilaksanakan acara ini yang pertama adalah silaturahim dan menjalin hubungan hati-ke hati antarumat beragama,” kata Zahrul Azhar As’ad.  Gus Han, sapaan akrabnya menambahkan bahwa komunikasi antarumat beragama yang ada di Indonesia diharapkan menjadi panutan bagi keberagaman dan keberagamaan di seluruh dunia. “Banyak sekali kasus intoleransi antarumat beragama yang terjadi. Bisa jadi yang melakukan malah bukan dari orang yang beragama dan tidak mem

UMAT YANG BERBINHEKA DALAM AL-QUR'AN

Gambar
Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. ( Profil ) Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ Dalam Surat al-Baqarah ayat 143, Allah berfirman: ÙˆَÙƒَØ°َÙ„ِÙƒَ جَعَÙ„ْÙ†َاكُÙ…ْ Ø£ُÙ…َّØ©ً ÙˆَسَØ·ًا Ù„ِتَÙƒُونُوا Ø´ُÙ‡َدَاءَ عَÙ„َÙ‰ النَّاسِ ÙˆَÙŠَÙƒُونَ الرَّسُولُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ø´َÙ‡ِيدًا… “Dan demikian Kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan agar kamu menjadi syuhada terhadap/buat manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi syahid terhadap/buat kamu…” Dalam artikel ini tidak akan dibahas dengan rinci tentang ummatan wasathan. Ayat di atas dikutip sebagai pembuka pembicaraan mengenai kebhinekaan makna ummat yang terkandung dalam al-Qur’an.  Ayat yang penulis kutip di awal tulisan menggarisbawahi agar kamu (wahai umat Islam) menjadi saksi atas perbuatan manusia. Ini juga dipahami dalam arti bahwa kaum muslim akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan man

Agama Mengajarkan Persaudaraan Sesama Manusia

Gambar
Al-Qur’an menyatakan, diciptakannya manusia berbeda suku bangsa adalah untuk "saling mengenal" ( lita’arafu ). Apa maksudnya? Keragaman itu merupakan sarana untuk kemajuan peradaban. Kalau kita hanya lahir di suku kita saja, tidak pernah mengenal budaya orang lain, tidak pernah bergaul dengan berbagai macam anak bangsa, dan hanya tahunya orang di sekitar kita saja, maka sikap dan tindak-tanduk kita seperti katak di dalam tempurung. Kita tidak bisa memilih lahir dari rahim ibu yang beragama apa, atau keturunan siapa atau tinggal di mana. Keragaman tidak dimaksudkan untuk saling meneror, memaksa atau melukai. Al-Qur'an mengenalkan konsep yang luar biasa:  keragaman itu untuk kita saling mengenal satu sama lain . Dengan saling mengenal perbedaan, kita bisa belajar membangun peradaban. Dengan saling tahu perbedaan di antara kita, maka kita akan lebih toleran; kita mendapat kesempatan belajar satu sama lain. Kesalahpahaman sering terjadi karena kita bel

Inilah Dakwah Seperti Dicontohkan Rasulullah

Gambar
Dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti seruan, panggilan atau ajakan. Setiap muslim ditugaskan untuk berdakwah. Karena Islam adalah agama dakwah. Sehingga setiap muslim memiliki tugas untuk berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Bahkan dijelaskan dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 104 tentang kewajiban dakwah bagi setiap muslim, seperti Allah SWT memerintahkan umat islam untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Namun, dalam penyampaiannya, ada aturan-aturan yang berkaitan dengan dakwah ini. Dalam berdakwah tentu harus bersikap ramah, bijaksana, dan tidak cepat marah serta bersikap lembut dan berakhlak baik. Rasulullah memberikan tuntunan kepada kita, salah satunya adalah dalam sebuah riwayat dari Imam Bukhari dari Aisyah RA. Rasulullah bersabda,  “Sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu ada pada sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan itu). Sebaliknya, jika lemah lembut itu dicabut darinya, maka ia menjadi buruk,”  ( HR. Bukhari)

Aneh Jika Umat Islam Menolak Keragaman

Gambar
Rais Syuriah PCNU Kencong KH Khoiruz Zad Maddah menyerukan agar NU terus meneguhkan komitmennya dalam berkebangsaan dan keragaman sekaligus menjadi contoh dalam bernegara. Sebab, komitmen kebersamaan dalam keragaman, bekangan ini semakin mengkhawatirkan.  Penegasan tersebut  diungkapkan kiai yang akrab disapa Gus Ya' pada Taushiyah Kebangsaan di aula kantor PCNU Kencong, Selasa (15/8). Menurutnya, para ulama (NU) cukup memahami arti kebersamaan dalam keragaman. Bagi NU, katanya, keragaman budaya, suku, agama dan sebagainya adalah sunnatullah yang tidak bisa diganggu gugat, sehingga diharapkan keragaman itu tidak memberangus kebersamaan dan kerukunan. "Bagi kiai dan ulama (NU), keragaman itu sudah biasa. Tidak ada masalah. Sikap  ini pula yang dipegang warga NU dalam bermazhab kepada beragam imam. Sehingga terasa aneh kalau ada orang Islam mempertanyakan, bahkan tidak setuju terhadap keragaman," ujarnya. Sementara itu, Ketua PC Lakpesdam NU

Demokrasi dalam Pandangan Islam

Gambar
Demokrasi adalah sebuah tatanan, bentuk atau mekanisme sistem suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung dan adil, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sampai saat ini demokrasi masih dianggap sebagai bentuk pemerintahan paling baik dan menjadi tolak-ukur atas keberhasilan, kesuksesan dan kemakmuran suatu Negara. Di dunia baratlah awal pertama kali diagung-agungkannya demokrasi sebagai suatu mekanisme pemerintahan, dan setelah beberapa abad berlalu, paradigma tersebut semakin menjalar ke seluruh pe

Negara Indonesia: Negara Kafir atau Negara Islam?

Gambar
Perdebatan terkait konsep Negara Islam sudah berlangsung sejak lama. Isu tersebut kembali mencuat ke permukaan setelah pemerintah membubarkan salah satu ormas yang dianggap mengancam keutuhan NKRI sebagai bangsa yang resmi dan berdaulat beberapa waktu yang lalu berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), No. 2 Tahun 2017 tentang Ormas. Meskipun telah dibubarkan, aktifis dari ormas yang bersangkutan tetap meyakini bahwa apa yang mereka perjuangkan benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengulang perdebatan yang sudah-sudah, khususnya terkait ideologi khilafah yang diperjuangkan oleh ormas yang bersangkutan, namun lebih kepada redefinisi negara Islam itu sendiri. Bagi mereka yang memperjuangkan tegaknya khilafah islamiyah menganggap bahwa negara Indonesia ini masih tergolong sebagai negara kafir yang mesti “diislamkan” dengan format khilafah islamiyah. Alasannya adalah karena negara ini tidak melandaskan konstitusinya kepa

Mengurai Keragaman sebagai Ekspresi Keberagamaan

Gambar
Segala bentuk yang berbau tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama patut mendapat perhatian serius dari negara dan masyarakat Indonesia. Jika hal itu terus dibiarkan, maka akan berimplikasi pada anggapan bahwa betapa tidak tolerannya kita sebagai umat beragama. Lalu, masih adakah jaminan kebebasan beragama di negeri ini? Dapatkah disadari bahwa keberbedaan itu hadir akibat keragaman ekspresi keberagamaan? Ekspresi keberislaman dalam sejarahnya tidak pernah tampil dalam wajah yang tunggal.  Pertama,  ekspresi itu terjadi karena Islam selalu mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal. Islam Jawa dalam beberapa hal tertentu akan jauh berbeda ekspresinya dengan Islam Sumatera dan Kalimantan. Islam di Arab tentu juga berbeda dengan Islam di Afrika. Pada akhirnya budaya-budaya lokal itu banyak menghiasi tampilan wajah peradaban Islam. Kedua , keberagaman itu juga mungkin lahir dari ekspresi pemikiran. Dalam konteks ini, tidak ada satu pun dari

CINTA TANAH AIR

Gambar
Cinta tanah air ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri.Usaha membela bangsa dari serangan penjajahan. Dalam cinta tanah air terdapat nilai-nilai kepahlawanan ialah: Rela dengan sepenuh hati berkorban untuk bangsa dan Negara. Cinta Tanah Air merupakanpengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Cinta tanah air adalah sama saja rela berkorban demi kepentingan Negara. Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau negaranya dari Negara yang kecil, berkembang sampai menjadi Negara yang maju. Menghayati arti dari cinta tanah air memanglah bukan masalah yang mudah, perlu kesabaran dan kerendahan hati untuk menjalankan hal tersebut, dikarenakan banyak ancaman dan tantangan yang dapat datang dari mana saja, baik itu dalam diri kita maupun dari luar diri kita, baik itu datang dari dalam negri maupun

Keberagaman Indonesia adalah Desain Tuhan

Gambar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengapresiasi terbitnya buku  Miqat Kebinekaan: Sebuah Renungan Meramu Pancasila, Nasionalisme, NU sebagai Titik Pijak Perjuangan . Buku karya Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini ini diluncurkan Jumat (9/6) di lantai 8, Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Menurut Kiai Said, keberagaman Indonesia telah didesain Tuhan sejak zaman azali. Masyarakat Indonesia adalah heterogen dengan ragam suku, bahasa, agama dan warna lainnya.  "Itu sudah  fadlum minallah . Sudah didesain Tuhan, tidak bisa ditawar lagi," jelasnya.  Pengasuh Pesantren Al Tsaqofah ini mengajak masyarakat Indonesia untuk bersyukur dan gembira karena telah mendapatkan penghargaan dari Tuhan yaitu telah disiapkan menjadi bangsa yang bineka, bukan bagian dari bangsa yang homogen.  Keberagaman ini, sambung Kiai Said, sudah ditangkap pendiri Nahdlatul Ulama, KH Muhammad Hasyim Asyari sehingga ia mampu mempertemukan Islam dan nasionalisme. Ked

Ideologi Indonesia Pancasila Bukan Khilafah

Gambar
SEYOGIANYA  regulasi di negeri ini harus lebih diperkuat. Tahu membedakan mana prinsip, asas dan dasar. Aspek hukum jangan kalah dengan politik. Sejauh ini, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ditolak di 21 negara dan Indonesia termasuk negara ke-21 yang menolak. Bagi saya tidak ada untungnya bagi organisasi ini. Pancasila saja mereka tidak akui. Kelompok ini, tidak layak di negeri ini, pasalnya NKRI dan Pancasila harga mati. Kalau mereka mau merubah konstitusi silahkan beranjak dari Indonesia. Kita tahu bersama pada tahun 1946, Indonesia hanya ada Jawa, Sumatera dan Madura. Bergabungnya Sulawesi, Kalimantan, Bali, Papua dulunya Irian, Maluku dan Nusa Tenggara merupakan ide yang cemerlang. Dengan pudarnya pemahaman Pancasila dan UUD 45, tanpa disadari ini berbuntut ke arah gagal paham dan gagal fokus. Setidaknya, di sekolah- sekolah mulai diaplikasikan dan dimantapkan lagi paham pancasila, begitu pula etika, PMP dan PSPB sampai pelajaran Geografi. Lantaran, ini kunci ampu