Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Apakah Nabi Muhammad SAW Berperang Atas Nama Agama?

Gambar
Foto: Ilustrasi Dewasa ini, isu kekerasan atas nama agama mendapat perhatian luas. Konflik terjadi di pelbagai tempat, mulai dari konflik Poso, Ambon, serta kasus intoleransi lainnya. Kemudian pada skala dunia, perseteruan Palestina dan Israel, perang di Afghanistan, masalah etnis Rohingya (meski agak kompleks) yang paling aktual saat ini, menjadikan agama dianggap sebagai sumber masalah konflik. Pada dasarnya konflik antarras bahkan antarnegara tidak bisa dipandang semata konflik agama. Diperlukan data-data yang utuh dan mampu memetakan konflik yang terjadi. Namun, sentimen agama memang masih cukup sensitif untuk memicu simpati dan dukungan kelompok. Bahkan, karena sentimen ini, banyak muslim yang terjun ke area konflik karena keyakinan bahwa mereka bisa mati syahid dalam konflik tersebut. Permasalahan lainnya, selain konflik-konflik yang dibingkai sebagai masalah agama tersebut, mulai banyak golongan penyeru jihad yang melakukan aksi teror. Kita bisa mencontohkan gerakan

Bila Pancasila Dilaksanakan dengan Baik, Radikalisme dan Terorisme Akan Terbendung kata Lily Wahid

Gambar
kesaktian  Pancasila  1 oktober 2018 tokoh kebangsaan Hj.  Lily Chodidjah Wahid mengimbau seluruh bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan  Pancasila  bukan sekadar lima sila yang tertera dalam hurup, tapi melaksanakan  Pancasila  sebagai sebuah falsafah hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari. "Kalau lima sila itu betul-betul dilaksanakan, pasti akan menjadi kekuatan hebat bagi bangsa Indonesia yang majemuk tapi bersatu,” ungkap Hj.  Lily Chodidjah Wahid , Sabtu (29/9/2018). Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU)  KH Hasyim Asyari  itu yakin bila  Pancasila dilaksanakan dengan baik, masuknya berbagai ideologi asing seperti radikalisme dan terorisme, otomatis akan terbendung. Menurutnya,  Pancasila  sangat ideal dengan Indonesia. Dan itu sudah dipikirkan dengan matang oleh para founding fathers bangsa saat memutuskan  Pancasila  yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi dan landasan hidup bangsa, dengan mengganti tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu “Ketoehan

Agama Bukan Sumber Konflik, Agama Sumber Kedamaian

Gambar
Di dunia ini telah nyata ada banyak keragaman agama sehingga tidak usah mati-matian menyeragamkannya menjadi satu agama saja. Betapa pun sudah malang melintang menghabiskan keseluruhan umur di medan dakwah,  tetap saja pasti gagal dan mustahil menyatukan seluruh manusia untuk beragama Islam atau lainnya. Sesungguhnya penentu jalan petunjuk (hidayah) itu merupakan hak mutlak Sang Pencipta.  Perbedaan itu  sunnatullah , keragaman itu kenyataan yang tidak bisa diingkari oleh setiap orang yang berakal sehat. Dunia ini justru terlihat indah dan lebih indah karena warna-warninya yang serasi. Hanya mereka yang melihat dunia dalam warna hitam putih saja yang terkaget-kaget melihat kenyataan bahwa dunia ini ternyata berwarna-warni, memiliki keragaman  warna. Panorama alam indah yang sedap dipandang mata pun wujudnya dapat dinikmati karena keragaman warnanya. Setiap agama yang benar mengajarkan kedamaian, sedangkan setiap orang yang benar-benar beragama selalu ingin  meraih

Ketua NU Jember: Agama Jangan Jadi Sumber Konflik

Gambar
Prinsipnya, semua agama punya misi suci sebagai pembawa kedamaian,  yang dalam istilah Islam disebut  rahmatal lilalamin. Hanya persoalannya, terkadang ekspresi keagamaan dari oknum pemeluk agama tampil eksklusif monolitik, sehingga menutup diri untuk memberi ruang terhadap kebenaran yang dibawa orang  lain.  Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jember, Jawa Timur, KH Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan sambutan pada Seminar Persatuan di Hotel Bandung Permai, Jember, Sabtu (29/9). Menurutnya, ekspresi keagamaan yang eksklusif itu, salah satunya disebabkan oleh adanya kesalah pahaman dalam membaca teks-teks agama hingga mengakibatkan disfungi agama sebagai perekat sosial. “Yang ada malah agama itu tampil sebagai sumber konflik yang kemudian melegitimasi  kekerasan atas nama agama,” kata kiai yang juga dosen di pascasarjana IAIN Jember tersebut. "Ketika agama ditampilkan seperti itu, jelas tidak sejalan dengan misi agama saat ditu

Terorisme dan Kontekstualisasi Makna Jihad

Gambar
Salah satu kata sakral dan banyak digunakan dalam Al-Qur’an adalah kata jihad. Namun, anehnya kata jihad sering disalahartikan dan identik dengan perang atau kekerasan. Beberapa tahun terakhir ini, terutama sejak reformasi, beberapa kekerasan atas nama agama  terjadi dimana-mana di berbagai daerah di Indonesia. Kekerasan itu dilakukan oleh sekelompok orang yang terlatih atas nama jihad dengan mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah. Jihad dalam arti perjuangan fisik, perang, pertempuran di Indonesia tidak berlaku lagi. Karena penjajah sudah tidak ada. Sedangakan menjajah itu dilarang oleh Islam dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu UUD 1945 dan Pancasila. Akan tetapi, masyarakat wajib waspada atas serangan asing, dan juga pemberontakan-pemberontakan. Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya  Tafsir al-Misbah  menjelaskan, pada hakikatnya perintah untuk berperang sebagai salah satu makna jihad di dalam ayat Al-Qur’an, tidaklah dibutuhkan o

Tak Ada Bidadari untuk Pelaku Terorisme

Gambar
Sekretaris Utama BNPT Marsekal Muda Asep Adang Supriyadi menegaskan, janji bertemu bidadari untuk sebuah aksi terorisme merupakan sebuah ilusi. Bidadari untuk pelaku terorisme disebutnya tidak ada di surga.  "Tidak ada pembenaran apa pun dalam agama yang menjamin aksi terorisme dibalas dengan ganjaran bertemu bidadari," kata Asep Adang dalam sambutan pembukaan kegiatan  Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme  di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Kamis (27/9).  Dalam sambutannya Asep Adang sempat memutar rekaman video Dani Dwipermana,  pelaku peledakan bom bunuh diri di Hotel JW Marriot beberapa tahun silam, yang menyebut aksinya akan diganjar dengan 72 bidadari.  "Yang harus dicari adalah siapa yang menanamkan isme-isme bahwa terorisme diganjar surga. Bapak ibu harus membantu bahwa aksi terorisme memang diganjar bidadari, tapi tidak di surga, melainkan di neraka," tegas Asep Adang.  Asep Adang juga sempat memut

Rakyat Dan Masyarakat

Pesan Perdamaian dalam ‘Assalamualaikum’

Gambar
Mengucapkan salam berupa "Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh" telah menjadi kebiasaan sehari-hari umat Islam tatkala berjumpa teman atau mengawali pembicaraan maupun tulisan. Selain sudah membumi sebagai budaya dan etika bersosial, salam pada dasarnya memang memiliki landasan syariah. Ada banyak riwayat hadits tentang ajaran salam. Salah satunya yakni suatu ketika Ibnu Umar bertanya kepada Rasulullah tentang amalan Islam yang paling baik. Lantas Rasul menjawab: تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ "Memberi makan, mengucapkan Salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal." (HR Bukhari dan Muslim) Selain berupa solidaritas sosial memberi makan bagi yang membutuhkan, dalam konteks hadits ini Rasul juga menekankan  dengan jelas betapa menurut Islam, salam mempunyai posisi yang vital. Di dalam proses interaksi sosial, salam disampaikan tanpa pandang bulu, meskipun memang

Membela Merah Putih

ISLAM CAP APA ITU?

Tuhan Mau Kita Berbeda

Islam Rahmatan Lil Alamin

Belum Jadi Manusia

Lautan Syubhat

Pancasila Dan Islam Tidak Bertentangan

Islam Agama Demokrasi

Islam Yang Salah Menurut Soekarno

Islam Dan Pancasila Tidak Bertentangan

Membenturkan Agama Dengan Negara

Sejarah Indonesia

Keberaneka Ragaman Indonesia

Belum Ribut Berarti Belum Jihad ?

Makna Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Pancasila

Islam Rahmatan Lil Alamin

Antisipasi Konflik Tahun Politik, PBNU-Polri Jihad Damai

Gambar
Untuk mengantisipasi konflik di masyarakat khususnya menghadapi tahun politik pilkada 2018-2019, PBNU bersama Polri bergandengan tangan menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.  Hal itu ditegaskan Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani, Ahad (22/4) pada rapat pimpinan dan TOT Muharik Masjid di Islamic Center Lampung. Menurutnya, NU dan warga NU biasa saja menghadapi tahun politik. "Tapi kerukunan dan keamanan tetap nomor satu," ujarnya. Dikatakan, isu SARA dan penyebaran berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya  (hoaks)  menjelang pilkada atau di tahun politik selalu bermunculan di tengah masyarakat baik melalui media sosial maupun interaksi dilingkungan masyarakat. Masyarakat yang mudah percaya, akhirnya menimbulkan konflik dan kegaduhan. "Untuk itu, sebagai pengurus NU di mana pun berada merupakan tanggungjawab dan jihad besar untuk menjaga perdamaian," ungkapnya. Kiai Manan menegaskan, menjaga kerukunan dan perdama

Ulama Lebanon: Jaga Indonesia yang Subur dan Damai Ini

Gambar
Ulama asal Lebanon Syekh Syamir Al-Khouli berpesan kepada para Muslimin di Indonesia, untuk bersama-sama saling menjaga Republik Indonesia dari ancaman terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme. “Jagalah Indonesia yang subur ini dari aliran-aliran yang menyimpang. Jaga Indonesia yang penuh dengan kedamaiaan ini dari tangan-tangan terorisme, ekstremisme, dan radikalisme,” terangnya pada  Multaqo ad-Duat al-Alami  di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (22/1) lalu. “Kita ingin Indonesia sebagaimana negara-negara lainnya yang hidup tenteram dalam menyebarkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah,” sambungnya. Menurutnya, kita semua mewarisi ajaran yang sama, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah, Islam yang sesuai dengan apa yang dibawa Rasulullah SAW. “Umat Islam Indonesia diwarisi akidah yang sama oleh para leluhur muslimnya, yaitu aqidah Al-Asy’ariyah Al-Maturidiyah. Kebenaran itu bukan dilihat dari siapa yang menyampaikan tapi lihatlah orang itu dari apa yang ia sampaikan,” ucap S

Kini Hoaks Jadi Alat Politik dan Perang

Gambar
 KH Robikin Emhas mengungkapkan bahwa pertarungan paham dan ideologi yang saat ini kian masif khususnya di dunia maya merupakan sebuah desain untuk melemahkan dan menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Kondisi ini adalah pertarungan politik mengadu kelompok Islam. Yang berawal dari perebutan sumber daya alam seperti di Timur Tengah. Setelah itu sejak tahun 90-an Indonesia menjadi sasaran. Dan lebih runyam lagi muncul fenomena politisasi agama," katanya saat memaparkan posisi NU di tengah isu-isu nasional terkini dalam Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) NU Lampung Ke-1 di Asrama Haji Lampung, Ahad (1/7) malam. Menurutnya, berdasarkan data intelijen, serangan pelemahan terhadap Indonesia dilakukan tidak melalui peperangan fisik saja namun lebih gencar juga melalui dunia maya seperti media sosial. Mereka menggunakan hoaks, ujaran kebencian dan fitnah sebagai alat perang. "Jangan heran kalau sekarang ini tokoh NU diserang dan di  bully.  Ini menjadi

Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Internasional dalam Penanggulangan Terorisme

Gambar
. Jakarta,  NU Online  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan kerja sama di bidang penanggulangan terorisme dengan Lembaga Kontra Terorisme Amerika Serikat. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan  Memorandung of Outstanding (MoU)  antara Kepala BNPT Suhardi Alius dengan Counterterrorism Coordinator AS Nathan A Sales. Penandatanganan yang disepakati di Jakarta pada Jumat, (14/9) dilakukan untuk meningkatkan kerjasama antar kedua negara mengingat banyaknya warga AS yang melakukan travel baik ke Indonesia, maupun sebaliknya dari Indonesia ke AS. “Kami akan terus bertukar informasi dan berkomunikasi agar kedua negara bisa sama-sama mengantisipasi aksi terorisme,” ujar Suhardi Alius. Kerja sama ini selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan keamanan di kedua negara.  Ia meyakini, negara yang aman akan menigkatkan kondusivitas iklim ekonomi dan menarik perhatian investor dari luar negeri termasuk juga dalam sektor pariwisata. Kerj

Kenapa Umat Islam Harus Menerima Negara Bangsa?

Gambar
Jakarta,  NU Online Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin menegaskan, umat Islam harus menerima negara bangsa sebagai suatu sistem politik yang berlaku. Ia melarang usaha untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan di mana mereka hidup. “Semua umat Islam di semua negara baik mayoritas maupun minoritas itu harus menerima negara bangsa sebagai suatu sistem politik yang mengikat mereka di mana saja mereka berada,” katanya saat memberikan tanggapan pada halaqah yang digelar oleh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) di Gedung PBNU Jakarta, Selasa (17/4). Dikotomi  Darul Islam  dan  Darul Kufri  yang termaktub dalam kitab-kitab klasik, menurut Kiai Ishom, kurang relevan dengan konteks terkini. Jika tetap merujuk pada kitab-kitab klasik, itu akan menimbulkan benturan. Mengutip Huntington, Kiai Ishom menyatakan bahwa peristiwa itu disebut sebagai benturan peradaban yang mungkin bisa terjadi. Kemungkinan itu muncul de

Pancasila Dasar Berpolitik Bangsa Indonesia

Gambar
Oleh: Syakir NF Tahun 2018 dan 2019 menjadi tahun politik bangsa Indonesia. Tanggal 27 Juni mendatang, rakyat Indonesia dari 171 kota, kabupaten, dan provinsi akan menghadapi pemilihan kepala daerah serentak. Tahun depan pun, seluruh masyarakat Indonesia akan memilih pemimpin dan para wakilnya di parlemen. Namun, sayangnya dunia politik hari ini masih saja dipenuhi dengan kotoran berupa cacian, makian, hinaan, hingga kampanye hitam. Rasanya, kurang afdal jika seseorang yang ingin dipandang baik, tanpa yang lain buruk. Hal ini memperkeruh jalinan persaudaraan yang selama ini begitu kuat. Sejak dulu, para pendiri bangsa ini telah mengingatkan bahwa demokrasi Indonesia itu demokrasi Pancasila. Artinya, demokrasi yang berdasar pada moral sebagaimana kandungan lima poin ideologi negara yang digali oleh Soekarno dan para perumus lainnya itu. Dalam tulisannya di  Kompas  edisi 30 Juni 1977 yang dimasukkan dalam buku  Kaleidoskop Politik di Indonesia Jilid 1 , KH Saifud