Postingan

Ancaman Pelibatan TNI Dalam Penindakan Terorisme

Berbagai macam persoalan yang dikhawatirkan akan timbul dari pelibatan TNI antara lain adalah rentanya penyimpangan dalam prosedur hukum seperti deteksi dini, penyelidikan, penangkapan, dan peradilan. Pada dasarnya TNI tidak pernah dilatih untuk menegakkan hukum sesuai prosedur, mereka dilatih untuk menghabisi musuh. Hal tersebut jelas bertolak belakang dengan penindakan tindak pidana terorisme yang masuk termasuk salah satu bagian dari Sistem Peradilan Pidana di Indonesia. Dan berdasarkan Undang-Undang yang belaku penindakan terhadap sistem kejahatan harus dilakukan sesuai prosedur hukum dan dilakukan oleh Polri dan bukan oleh TNI, hal tersebut dituangkan pada Pasal 5 UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa TNI merupakan alat keamanan negara yang bertugas untuk mempertahankan dan melindungi negara.  Dikhawatirkan jika TNI dilibatkan dalam penindakan Tindak Pidana Terorisme maka TNI akan sangat berpeluang menggunakan pola pikir untuk berperang dalam memberantas te

Ekstremis Perempuan Ciptakan Tantangan Tersendiri

Gambar
Insiden Bom Sibolga pada Maret 2019, Bom Surabaya Mei 2018, dan serangkaian insiden teror lain di Indonesia melibatkan perempuan sebagai pelaku utama. Mereka tak lagi jadi pemain pasif, pendukung suaminya, tapi ikut aktif melakukan  amaliyah.  Bahkan pada beberapa kasus sampai mengorbankan nyawa plus membawa anaknya. Bom Sibolga dan Surabaya salah satu kasusnya. Lantas apakah “kenekatan” mereka hanya itu? Tentu tidak. Coba saja lihat pada rentetan insiden Mako Brimob Kelapa Dua Depok awal Mei 2018 – sebelum insiden Surabaya – di insiden itu turut ditangkap 2 perempuan yang membawa senjata tajam berupa gunting untuk menyerang polisi. Insiden di Pandeglang Banten, tepatnya di Alun-Alun Menes pada Oktober 2019 lalu juga melibatkan perempuan sebagai eksekutor serangan. Ketika itu Wiranto (saat itu menjabat Menko Polhukam) jadi sasarannya. Pertanyaan yang sama, apakah hanya itu? Ternyata jawabannya tidak. Pada 2016 lalu ada penangkapan eks Buruh Migran Indonesia (BMI)

Nabi Muhammad SAW dan Bid‘ah Sahabatnya dalam Shahih Bukhari

Gambar
Bid’ah ada dua macam: bid’ah terpuji dan bid’ah tercela. Bid’ah terpuji atau populer dengan sebutan bid’ah hasanah adalah setiap perbuatan baru yang tidak bertentangan dengan syariat. Meskipun Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan, tapi bukan berarti tidak boleh dilakukan. Sementara bid’ah tercela adalah setiap perbuatan baru yang bertentangan dengan syariat Islam.  Sebagian orang menolak pembagian bid’ah ini karena mereka memahami bahwa setiap bid’ah adalah sesat. Dengan logika demikian, setiap hal yang tidak dilakukan Rasulullah terutama yang berkaitan dengan urusan ibadah, dianggap salah dan bid’ah.  Namun, kalau melihat sejarah Rasulullah dan sahabatnya, ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Rasulullah pun dalam beberapa hal mengamini “bid’ah” yang dilakukan oleh sahabat, termasuk dalam ibadah sekali pun. Misalnya, Shahih Al-Bukhari menyebutkan:  عن رفاعة بن رافع رضي الله عنه قال: كنا يومًا نصلي وراء النبي صلى الله عليه وآله وسلم فلما رفع رأسه من الركعة

Yang Membid'ahkan Maulidan dan Tahlilan Biasanya Tak Pernah Ngaji

Gambar
Indonesia dikenal sebagai negara dengan penganut Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah terbanyak di dunia. Sehingga seringkali ditemui beragam amaliyah dilakukan masyarakat, seperti maulidan, shalawatan, tahlilan, peringatan haul, dan amaliyah lainnya.    Namun, pada akhir-akhir ini semakin banyak orang-orang yang sering membid’ahkan amaliyah-amaliyah tersebut. Terhadap fenomena ini, KH Ahmad Mustofa Bisri mengatakan bahwa orang-orang semacam itu biasanya tidak pernah mengaji.     “Orang-orang kan selalu membicarakan kalau tidak sudut fiqih, sudut hukum. Itu ya karena mereka tidak mengaji saja,” ujarnya, Sabtu (2/11). Pengasuh pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini melanjutkan, dengan adanya amaliyah-amaliyah seperti tahlilan, maulidan, masyarakat bisa mengingat Allah dan Rasul-Nya.    “Tahlilan dibilang bid'ah. Itu dia tidak ingat. Orang desa bisa ingat Allah itu karena tradisi-tradisi seperti tahlilan. Kalau ini dibid'ahkan lalu o

Islam Indonesia dan Demokrasi

Gambar
Kompatibilitas Islam dan Demokrasi Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Pileg 1999, Pileg dan Pilpres 2004, 2009 dan 2016 secara damai merupakan tesis kuat bahwa terdapat kompatibilitas antara Islam dan demokrasi. Hal ini karena kaum Muslim menjadi partisipan aktif dalam proses politik demokrasi termasuk melalui parpol-parpol Islam dan parpol  non-Islamic oriented . Sebagai negara-bangsa Muslim terbesar di dunia, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada masalah antara Islam dan demokrasi, keduanya bisa berjalan secara beriringan. Tidak heran kalau pertumbuhan dan konsolidasi demokrasi di Indonesia menjadi titik perhatian banyak sarjana dan peneliti dari berbagai penjuru dunia. Hal ini karena berbagai penelitian dan survei tentang demokrasi di dunia Islam umumnya menyimpulkan bahwa terdapat defisit demokrasi ( democracy deficit ) di banyak negara Muslim. Sedangkan di Indonesia, relatif tidak terjadi defisit demokrasi. Memang awalnya terlihat tanda-tanda yang kur

Tiga Alasan Gus Dur Menyebut Islam Agama Demokrasi

Gambar
Konsep demokrasi menurut  Gus Dur  adalah konsekuensi logis yang dianggap sebagai salah satu dimensi dalam ajaran Islam. Berikut alasan Gus Dur menyebut Islam agama demokrasi. Pertama, Islam adalah agama hukum, dengan pengertian agama Islam berlaku bagi semua orang tanpa memandang kelas. Kedua, Islam memiliki asas permusyawaratan (amruhum syuraa bainahum), artinya adanya tradisi bersama membahas dan mengajukan pemikiran secara terbuka dan pada akhirnya diakhiri dengan kesepakatan. Ketiga, Islam selalu berpandangan memperbaiki kehidupan. Dengan tiga alasan ini, maka sejatinya islam adalah demokrasi itu sendiri. Ide demokratisasi Gus Dur muncul karena ia melihat ada kecenderungan umat Islam Indonesia menjadikan Islam sebagai “alternatif” bukannya sebagai “inspirasi” bagi kehidupan masyarakat. Di sinilah letak permasalahannya, Islam tidak bisa menyatakan sumbangannya lebih besar dan benar dari yang lainnya karena semua pihak sama. Adanya penghargaan terhadap pluralitas de

Benarkah Rasul Menerapkan Syariat Islam dengan Jihad?

Gambar
Agama dapat dikatakan sebagai kekuatan paling dahsyat dan berpengaruh di muka bumi ini. Sepanjang sejarah, gagasan dan komitmen keagamaan telah mengilhami individu dan kaum beriman menanggalkan semua kepentingan pribadi yang sempit demi tercapainya nilai dan kebenaran yang lebih tinggi. Menurut Sartre, terkadang tindakan kekerasan dapat dianggap suatu kebaikan justru karena adanya asumsi bahwa penggunaan kekerasan merupakan salah satu metode pencapaian tujuan luhur, maka tidak aneh kalau naluri agresif manusia terkadang tumbuh subur di bawah nauangan agama. Karen Armstrong berpendapat, hampir semua agama memiliki sejarah peperangan. Ia telah ada dan berlangsung dalam waktu lama dan di hampir seluruh kawasan dunia. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pertumpahan darah lekat dengan kehidupan umat bergama, tak terkecuali umat Islam. Salah satu kata yang sering dikatakan umat Islam akhir-akhir ini adalah kata Jihad. Kata jihad banyak disebut dalam al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an m