Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Indonesia Kurang Islami Apa?

Gambar
“`Selalu saja ada ustaz yang menjelek-jelekkan negara dan pemerintah. Pemerintah digambarkan anti Islam, menghalangi dakwah, meminggirkan umat Islam, kata mereka.Indonesia punya Kementerian Agama. Anggaran Kemenag tahun 2018 ini 62 T lebih, nomor 3 terbesar setelah Kementerian PUPR (yang tugasnya membangun infrastruktur) dan Kementerian Pertahanan. Anggaran itu lebih tinggi daripada anggaran Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perhubungan. Pegawai Kemenag itu umumnya orang Islam. Mungkin ada 90% karyawannya yang muslim, mulai dari menteri sampai ke tukang sapu. Kantornya melayani sampai ke tingkat kecamatan. KUA itu tidak disebut kantor untuk urusan umat Islam. Tapi tidak ada umat agama lain yang dilayani di situ. Itu khusus untuk umat Islam. Setiap tahun ada sekitar 200 ribu umat Islam naik haji. Segenap keperluan mereka dilayani oleh pemerintah. Sejak mulai pendaftaran, persiapan, berangkat, selama di tanah suci, sampai pulang. Ada ribuan pegawai pemerintah dikerahk

ANATOMI RADIKALISME DI INDONESIA (4) :GENERASI HARBI POHANTUN INFISHAL

Gambar
Oleh M. Kholid Syeirazi Program Harbi Pohantun (Akademi Militer) Ittehad-e Islami berhasil meluluskan 200 orang dari target 300, sebagian kelak menjadi tokoh-tokoh penting Jamaah Islamiyah, dan terlibat sejumlah aksi teror seperti Bom Natal dan Bom Kedutaan Filipina tahun 2000, Bom Bali tahun 2002, dan Bom JW Marriot tahun 2003.  Di antara alumni Harbi Pohantun adalah Aris Sumarsono alias Zulkarnaen (angkatan I/1985), Ahmad Roihan alias Sa’ad (angkatan I/1985), Ali Ghufron alias Mukhlas (angkatan II/1986), Muhaimin Yahya alias Maulawi Zaid (angkatan II/1986), Thoriquddin alias Hamzah alias Abu Rusdan (angkatan II/1986), Imam Baihaqi alias Musthopa (angkatan II/1986), Adi Suryana alias Muhammad Qital (angkatan II/1986), Encep Nurjaman alias Hanbali (angkatan IV/1987), Fihiruddin alias Abu Jibril (angkatan IV/1987/tidak tamat), Muchliansyah (angkatan IV/1987/tidak tamat), Taufik alias Huzaifah (angkatan V/1987), Farihin alias Ibnu (angkatan V/1987), Nasir Abas alias Sul

Khilafah Bukan Esensi Agama

Gambar
Sistem pemerintahan Khilafahh yang awalnya banyak disinggung di kalangan organisasi-organisasi politik yang berhaluan Islam keras di Timur Tengah kini sudah mulai merambah ke negeri kita Indonesia. Tidak sedikit upaya yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menjadikan sistem Khilafahh di negeri ini sebagai solusi atas semua permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Mereka bealasan bahwa sistem Khilafah telah membawa umat Islam ke kancah dunia beberapa abad lalu yang tiada tandingannya. Ide untuk membangkitkan kembali sistem pemerintahan itu di Timur Tengah memang terasa sangat kuat sejak dulu selain karena bayang-bayang Khilafah masih segar dalam ingatan mereka, sisi lain pusat-pusat pemerintahan Khilafah sangat dekat dan bahkan peninggalan-peninggalan sejarahnya masih kokoh di tengah-tengah mereka seperti di Suriah, Iraq dan Andalusi,  Mesir dan Turki. Tidak sedikit beberapa peninggalan sejarah Islam masih dapat dilihat di negeri itu. Namun, keinginan untuk membangkitkan

Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Ilmu Tauhid

Gambar
Di dalam mempelajari Ilmu Tauhid atau aqidah, madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) menggunakan dalil nadli dan aqli. Dalil naqli ialah dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan dalil Aqli ialah dalil yang berdasarkan akan pikiran yang sehat. Sebagaimana dikemukakan bahwa madzhab Mu’tazilah mengutamakan dalil akal dari pada dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berani menafsirkan Al-Qur’an menurut akal mereka, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an disesuaikan dengan akal mereka. Apabila ada hadits yang bertentangan dengan akal, mereka ditinggalkan itu dan mereka berpegang kepada akal pikirannya. Ini merupakan suatu these (aksi) yang akhirnya menimbulkan antithesa (reaksi) yang disebut golongan Ahlul Atsar(أهل الأثار) <> Cara berpikir Ahlul Atsar adalah kebalikan cara berpikir golongan Mu’tazilah. Ahlul Atsar hanya berpegangan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka tidak berani menafsirkan Al-Qur’an menurut akal, karena khawatir takut keliru, khus

Hadapi Gerakan Intoleran Tak Bisa dengan Kekerasan

Gambar
Semangat masyarakat tidak boleh luntur untuk memerangi gerakan intoleran. Sebab, diam-diam kelompok intoleran terus bergerak menebar propaganda di tengah-tengah masyarakat. Hal tersebut diungkapkan juru bicara Asosiasi Para Gus (Asparagus) Kabupaten Jember, Jawa Timur, H Mudhar kepada NU Online di Jember, Ahad (12/8). Menurutnya, sepak terjang gerakan intoleran kian mengkhawatirkan. Mereka menyusup di berbagai lini kehidupan, termasuk di perguruan tinggi. Targetnya adalah menanamkan ideologi yang ‘berbeda’ dari  kultur masyarakat Indonesia pada umumnya. “Kalau itu dibiarkan maka akan terjadi konflik horisonal, yang ujung-ujungnya akan menggerus keutuhan NKRI,” tukasnya. Ia mengaku ngeri membayangkan seandainya gerakan intoleran menjadi kekuatan besar di tanah air. Sebab, saat ini saja ketika mereka masih menjadi kekuatan minoritas, sepak terjangnya sudah begitu rupa dan cenderung menghantam kemapanan yang telah ada. “Karena itu kita wajib waspada,” lanjutny

SIKAP TERHADAP PEMIMPIN MENURUT AJARAN ISLAM

Gambar
Setelah usai dari perhelatan pesta demokrasi untuk memilih presiden, ada hal-hal yang perlu bahkan wajib kita perhatikan mengenai bagaimana pandangan syariat Islam dan sikap yang harus kita jalani terhadap pemimpin yang terpilih secara sah dan demokratis di negara kita tercinta, Indonesia. Di antaranya adalah: Kewajiban Menaati Pemimpin dalam Kebajikan Ketaatan kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits sangat banyak sekali. Dalil di dalam Al-Qur’an di antaranya adalah firman Allah ta’ala: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4]: 59) Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang

Mencontoh Jihad Nabi Muhammad

Gambar
Ilustrasi (NU Online) Teladan terbaik bagi umat Islam ialah Nabi Muhammad. Secara umum, dakwah Rasulullah SAW dalam menyampaikan Islam penuh dengan ajakan, bukan pemaksaan. Ia mengedepankan akhlak baik, tutur kata santun dan ramah walaupun kerap mendapat perlakuan tidak baik. Simpul sederhana yang bisa menjadi pelajaran, Nabi Muhammad berjihad dengan akhlak dan perbuatan baik. Rasulullah memahami betul ketika Islam disampaikan dengan cara yang keras dan kasar, niscaya umat akan menjauh. Kita semua memang bukan Nabi, tetapi setidaknya mempunyai pijakan moral dan syariat dalam menyampaikan dan menunjukkan wajah Islam yang  rahmatan lil ‘alamin  seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Jauh sebelum diangkat menjadi utusan Allah SWT, Muhammad muda sudah mendapat gelar  al-amin  (orang yang dapat dipercaya) oleh masyarakat Arab. Perangainya yang baik dan adil kerap mendapat kepercayaan orang-orang Arab untuk menengahi segala konflik yang muncul di tengah masyarakat kal

Azab Mereka yang Suka Menyiarkan Hoax!

Gambar
Syahdan, ada seorang gembala yang suka sekali membikin hoax. Modusnya dengan berteriak-teriak: tolong, tolong, seekor serigala sedang mengancam nyawa saya! Aghitsni, aghitsni! Demi mendengar teriakannya, orang-orang sekitar segera berdatangan untuk menolong. Namun apa boleh buat, mereka harus kecewa karena si gembala hanya iseng saja mengerjai mereka. Di zaman now, ini namanya taktik false flag, bendera palsu. Nah, setelah para penolong itu pergi sambil mendongkol, sang gembala pun tertawa terbahak-bahak. Dia merasa menang dengan mengerjai dan menipu orang-orang. Sekali dua tipuannya berhasil. Tidak selamanya! Pada suatu hari, datanglah sebenar-benarnya serigala. Sang gembala sangat panik dan kembali melolong meminta pertolongan. Serigala, serigala! Tolong, tolong! Celaka baginya, tak seorang pun datang menolong. Akhirnya sang gembala pun menjadi menu kuliner paling nikmat bagi serigala lapar itu. Tanpa seorang pun menolongnya. Kisah penuh hikmah ini dapat dijum

PEOPLE POWER Adalah KHAWARIJ DI ERA MILENIAL

Gambar
Kompetisi itu musti ada yang kalah dan ada yang menang. Adalah hal yang lumrah dan wajar dua sisi yang berlawan terdengar begitu jelas setelah laga pertandingan usai. Bukan kompetisi bila kemenangan diraih oleh semua kontestan. Begitu pula, bukan kompetisi bila kekalahan menimpa seluruh kontestan. Kalah dan menang adalah dua kosa kata yang berbeda dan sepertinya tidak dapat disamakan. Itu semua hanya persoalan perspektif. Bisa jadi kemenangan secara kasat mata adalah kekalahan pada hakikatnya dan begitu pula sebaliknya. Ada orang yang menang dalam laga kontestasi, tapi kemenangan itu belum mampu tercermin dalam pribadi orang ini, sehingga kemenangan hanyalah sebatas hiasan yang sebenarnya di balik hiasan itu ada kejahatan yang mencekam. Sebaliknya, kekalahan pada laga kompetisi, namun kontestan mampu membesarkan hatinya sehingga tiada patah semangat, terus bersyukur, dan selalu optimis, maka dia telah meraih kemenangan sejati. Orang yang paling buruk adalah meraka yang kal