Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Gambaran Kasih Sayang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Gambar
Nabi Muhammad   shallallahu ‘alaihi wasallam  adalah Nabi yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh Alam, dan beliau adalah seorang Nabi yang sangat penyayang terhadap seluruh makhluk, baik manusia, binatang maupun tumbuhan. Berikut ini beberapa hadits yang menjelaskan kasih sayang Nabi terhadap sesama manusia, sekalipun manusia tersebut kafir dan menolak dakwah beliau  shallallahu ‘alaihi wasallam , Dari ‘Aisyah  radhiyallahu ‘anha , bahwasanya dia pernah bertanya kepada Nabi  shallallahu ‘alaihi wasallam , “Apakah Anda pernah melewati (merasakan) suatu hari yang lebih berat dibandingkan hari perang Uhud?”. Beliau  shallallahu ‘alaihi wasallam  menjawab, لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإ

Cara Rasulullah SAW Menyikapi Perbedaan Keagamaan

Gambar
Sejak masa Nabi Muhammad telah terjadi perbedaan dalam persoalan keagamaan di tengah-tengah umat Islam. Di antaranya adalah terkait pelaksanaan ibadah shalat Ashar di perkampungan bani Quraidhah.  Menurut pendiri sekaligus pengasuh Rumah Fikih, Ustaz Ahmad Sarwat, menjelaskan, dalam peristiwa shalat Ashar di perkampungan bani Quraidhah tersebut, umat Islam dapat mendapatkan pelajaran yang berharga dalam menyikapi perbedaan dalam fikih Islam.    Saat itu, para sahabat nabi terpecah menjadi dua. Sebagian sahabat melakukan shalat Ashar di perkampungan tersebut meskipun telah lewat Maghrib. Mereka melakukannya berdasarkan sabda nabi yang berbunyi: "Janganlah kalian shalat Ashar kecuali di perkampungan bani Quraidhah."  Sementara, sebagian sahabat lainnya memandang tidak boleh melakukan shalat Ashar setelah lewat waktu Maghrib. Lalu, bagaimana Nabi menyikapi adanya dua perbedaan pendangan tersebut?  Rasulullah SAW tidak menyalahkan kelompok mana pun karena ked

Apakah Nabi Muhammad SAW Berperang Atas Nama Agama?

Gambar
Dewasa ini, isu kekerasan atas nama agama mendapat perhatian luas. Konflik terjadi di pelbagai tempat, mulai dari konflik Poso, Ambon, serta kasus intoleransi lainnya. Kemudian pada skala dunia, perseteruan Palestina dan Israel, perang di Afghanistan, masalah etnis Rohingya (meski agak kompleks) yang paling aktual saat ini, menjadikan agama dianggap sebagai sumber masalah konflik. Pada dasarnya konflik antarras bahkan antarnegara tidak bisa dipandang semata konflik agama. Diperlukan data-data yang utuh dan mampu memetakan konflik yang terjadi. Namun, sentimen agama memang masih cukup sensitif untuk memicu simpati dan dukungan kelompok. Bahkan, karena sentimen ini, banyak muslim yang terjun ke area konflik karena keyakinan bahwa mereka bisa mati syahid dalam konflik tersebut. Permasalahan lainnya, selain konflik-konflik yang dibingkai sebagai masalah agama tersebut, mulai banyak golongan penyeru jihad yang melakukan aksi teror. Kita bisa mencontohkan gerakan ISIS, jaringa

Inilah Kunci Kesuksesan Nabi sebagai Juru Damai

Gambar
Pengamat sejarah yang juga Alumnus Al Azhar Mesir, Munirul Ikhwan menjelaskan bahwa Nabi Muhammad menjadi juru damai di Madinah. Meskipun Abdullah ibn Ubay ibn Salul adalah tokoh penting di Madinah, namun ia tak mampu menjadi pemimpin karena dirinya merupakan bagian dari konflik, sedangkan Nabi adalah orang baru yang netral dan memberikan kedamaian di Madinah.  Dalam kerangka pemikiran modern, terma teror dihasilkan dari pemahaman Al-Qur'an yang sempit. Islam hanya dipahami secara sepotong-sepotong sehingga menghasilkan pemahaman dan tindakan yang parsial pula. Kata "Islam" dan semua kata dari akar kata yang sama memuat makna "ketundukan", "kedamaian" dan "keselamatan" karena Al-Qur'an adalah kitab utama agama Islam, maka ia sudah seharusnya merepresentasikan esensi dan tujuan agama Islam itu sendiri, yakni perdamaian.  "Komitmen Islam pada perdamaian membuat tatanan sosial dan keluarga untuk menciptakan perdamaian,&qu

Dalam Piagam Madinah, Rasul Tidak Menggunakan Kata Kafir untuk Menyebut Non-Muslim

Gambar
Selain term Mayoritas dan minoritas, kata  kafir juga sering mengandung polemik . Akhir-akhir ini term ini pun makin ramai disematkan. Namun lagi-lagi, persoalannya adalah bukan pada kata dan objek yang disematkannya. Melainkan penggunaan kata tersebut untuk  konteks NKRI. Kanjeng Nabi ketika merumuskan Piagam Madinah, pada Pasal 1 melabeli penduduk Madinah sebagai satu umat. Artinya, beliau tidak menggunakan term kafir kepada penduduk Madinah yang tidak memeluk Islam. Sebab bagi Nabi, term tersebut sangat sensitif dan bisa menggagalkan misi beliau untuk mempersatukan penduduk Madinah pada waktu itu. Dan term tersebut sejatinya merupakan label terhadap kelompok yang hatinya tertutup untuk menerima ajaran Islam, yang diejawantahkan melalui pembangkangan dan perlawanan terhadap baginda Nabi. Oleh karena itu, ketika awal-awal tiba di Madinah dan diterima oleh semua golongan penduduk Madinah, mereka yang tidak beragama Islam tidak disebut dan dipanggil kafir sebagaimana di dalam

Cinta Tanah Air dalam Ajaran Islam

Gambar
Salah seorang ulama Indonesia KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) berhasil mencetuskan prinsip  hubbul wathani minal iman  (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Konteksnya saat itu untuk membangkitkan nasionalisme rakyat Indonesia untuk mengusir para penjajah. Kiai Hasyim Asy’ari adalah ulama yang mampu membuktikan bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering. Meminjam pernyataan ulama asal Kempek, Cirebon KH Said Aqil Siroj, agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering. Hal ini terbukti ketika fenomena ekstremisme agama justru lahir dari orang dan kelompok orang yang terlalu eksklusif dan sempit dalam memahami agama tanpa memperhatikan realitas sosial k

Teroris Merajalela, Tergolong Kaum Khawarij?

Gambar
Dalam sepekan, teror bertubi-tubi mengguncang Indonesia. Mulai dari kerusuhan di salah satu rumah tahanan yang berada di Mako Brimob Depok hingga ledakan bom yang menyerang tiga gereja di Surabaya pada 13 Mei 2018. Tak berhenti sampai di situ, teror bom pun kembali mengguncang Polrestabes Surabaya pada Senin pagi, 14 Mei 2018. Sejumlah kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS pun diduga menjadi dalang dari seluruh kejadian teror mengerikan tersebut. Berbicara terkait kelompok teroris, sejak zaman dahulu sudah ada sebuah kelompok yang paling berbahaya dalam Islam. Kelompok tersebut adalah kelompok Khawarij (al-khawārij) yang telah ada sejak periode awal Islam. Mereka akan terus menimbulkan perselisihan di negara-negara Muslim hingga kelak mereka bergabung dengan Mesias Palsu yaitu Dajal. Oleh sebab itu, hendaknya umat Islam juga mengetahui dan menyadari keberadaan mereka agar dapat melindungi diri dan tak mendukung perilaku destruktif mereka. Menurut buku  Ensi

Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat

Gambar
Dalam satu tujuan yang sama-sama disepakati, kadangkala seseorang menempuh cara dan jalan yang berbeda-beda. Inilah keragaman dalam kenyataan. Perbedaan pendapat atas satu persoalan yang sama sekalipun, seringkali tidak bisa dihindari. Hal ini diungkapkan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Ahad (16/10) dalam akun  Facebook  miliknya.  Namun, tuturnya, tidak setiap perbedaan pendapat itu meniscayakan perpecahan selama ada sikap toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan tidak memaksakan kehendak karena merasa benar sendiri.  Sebagaimana perbedaan agama yang dianut, suku, ras dan golongan menurutnya adalah hal nyata dalam kehidupan pada bangsa Indonesia ini. "Perbedaan tersebut tidak meniscayakan perpecahan yang berujung pada disintegrasi bangsa, selama warga negara ini menyadarinya, tunduk dan patuh kepada ajaran agamanya dengan pemahaman yang benar dan setia kepada pemimpin pemerintahannya," ujarnya. Gus Ishom, saapaan akrabny

Jihad Itu Kekerasan dan Terorisme?

Gambar
Judul ini mungkin menyinggung sebagian pihak yang enggan membuka pikirannya. Tapi, tidak apa-apa. Tulisan ini sejatinya ingin mengajak mereka untuk mendiskusikan kembali apa sebenarnya jihad itu. Jihad secara historis sudah dikenal semenjak Nabi Muhammad berdakwah di tengah-tengah para kaum musyrikin. Pada masa itu jihad, salah satunya, diimplementasikan dalam bentuk peperangan. Perang pertama yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H adalah Perang Badar. Perang ini meletus setelah turunnya ayat Al-Qur’an yang mengizinkan perang mengangkat senjata, seperti surah al-Hajj ayat 39-40. Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasra

Menyikapi Perbedaan dalam Ajaran Islam

Gambar
Di tahun politik seperti sekarang kita bisa merasakan betapa perbedaan preferensi politik dapat memicu permusuhan dan mengganggu keharmonisan dalam hubungan kita dengan orang lain. Tidak hanya pertemanan bahkan hubungan keluarga pun dapat sedikit terganggu hanya karena perbedaan ini. Padahal kita tahu sendiri bahwa perbedaan di antara manusia merupakan sebuah keniscayaan. Bahkan Allah swt berfirman dalam Q.S al-Rum: 22, وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِين Dan di Antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui. Melalui ayat di atas, syekh al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah swt menjadikan penciptaan manusia dan perbedaan-perbedaannya sebagai bentuk tanda kekuasaan-Nya. Perbedaan bahasa yang sangat banyak jumlah