Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat


Dalam satu tujuan yang sama-sama disepakati, kadangkala seseorang menempuh cara dan jalan yang berbeda-beda. Inilah keragaman dalam kenyataan. Perbedaan pendapat atas satu persoalan yang sama sekalipun, seringkali tidak bisa dihindari. Hal ini diungkapkan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Ahad (16/10) dalam akun Facebook miliknya. 

Namun, tuturnya, tidak setiap perbedaan pendapat itu meniscayakan perpecahan selama ada sikap toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan tidak memaksakan kehendak karena merasa benar sendiri. 

Sebagaimana perbedaan agama yang dianut, suku, ras dan golongan menurutnya adalah hal nyata dalam kehidupan pada bangsa Indonesia ini. "Perbedaan tersebut tidak meniscayakan perpecahan yang berujung pada disintegrasi bangsa, selama warga negara ini menyadarinya, tunduk dan patuh kepada ajaran agamanya dengan pemahaman yang benar dan setia kepada pemimpin pemerintahannya," ujarnya.

Gus Ishom, saapaan akrabnya menambahkan bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sangat penting dan sudah seharusnya setiap orang sebagai warga negara saling menyayangi, menghormati dan menaati konstitusi sebagai sebuah kesepakatan bersama. 

Tanpa hal itu, menurut ulama muda ini, maka peluang perpecahan antar anak bangsa yang demikian beragam niscaya terjadi dan ini berbahaya, wajib kita hindari. Umat Islam di mana saja tidak dibenarkan memaksakan kehendak dari "kebenaran relatif" yang diyakininya kepada pihak lain dan tidak perlu melakukan kekerasan atas nama agama serta tidak coba-coba membenturkan secara diametral hubungan antara agama dan negara. 

"Tujuan bernegara ini antara lain untuk melindungi setiap hak warga negara, baik muslim maupun non-muslim. Sehingga tidak boleh ada saling menghalangi atau merebut hak orang lain. Setiap muslim mestinya bisa patuh pada kesepakatan atau konstitusi kita sebagai wujud ketaatan kepada ulil amri yang diperintahkan agama," tegasnya.

Pelanggaran terhadap konstitusi atau agama itu berdosa, sehingga mengguncangkan hati dan berakibat buruk pada kehidupan harmonis bersama. Di sinilah menurutnya, dalam hidup bersama yang plural ini yang diperlukan bukan hanya ilmu atau wawasan agama yang mendalam, tetapi juga perlu wawasan kebangsaan. 

Oleh karenanya umat Islam wajib mengkampanyekan Islam yang rahmatan lil-'alamin dan terus berupaya mengamalkannya. Menurutnya perlu wasathiyah (moderasi) dalam pikiran, ucapan dan tindakan dan penting sikap tasamuh (toleransi) menghadapi setiap perbedaan, meski tidak setiap perbedaan perlu dipertimbangkan. 

"Semoga umat Islam di seluruh Indonesia menyadari hal ini. Kehilangan emas bisa kembali membeli di toko emas, tetapi jika kita kehilangan tanah air kemana kita akan membelinya? Jadi, sayangilah dan hormatilah agar persatuan bangsa ini segera terwujud tanpa gangguan yang berarti," pungkasnya. 


Sumber : https://www.nu.or.id/post/read/72077/hindari-perpecahan-dalam-setiap-perbedaan-pendapat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Kyai dan Mubaligh Nusantara Tolak People Power

Toleransi Beragama: Perbedaan itu Rahmat

Status Indonesia sebagai Negeri Islam dalam Kajian Fiqih