Ilmu Tasawuf Bukanlah Ilmu Sesat

Gus Hayid: Ilmu Tasawuf Bukanlah Ilmu Sesat

Gus Hayid: Ilmu Tasawuf Bukanlah Ilmu Sesat
Banyaknya gempuran serta anggapan bahwa ilmu tasawuf dan praktik sufistik sebagai ilmu sesat dan bid'ah yang tak ada dasarnya dalam Al Qur'an dan Hadits membuat para mahasiswa Indonesia di Jepang gelisah. Untuk lebih memperjelas bagaimana posisi ilmu tasawuf dalam Islam, para putra terbaik bangsa yang sedang melanjutkan studinya di program master dan doktor  Institute of Technology Tokyomengundang Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama KH Muhammad Nur Hayid atau yang akrab disapa Gus Hayid.

"Yang perlu saya tegaskan terlebih dahulu bahwa tasawuf bukanlah ilmu sesat dan bid'ah yang dhalalah. Tasawuf dan sufism adalah praktik keagamaan yang berdasar pada Al Qur'an dan meneladani akhlak dan prilaku Rasulullah SAW dalam sunnah-sunnahnya," tegas Gus Hayid dalam acara Diskusi Midori di Kampus ITT Yakohama, Jepang, Jumat (9/3).

Lebih lanjut Gus Hayid pun mengurai sejarah tasawuf dan praktik sufistik sejak mulai zaman Rasulullah, para sahabat hingga generasi pertama tabi'in seperti Hasan Al Basri, Ibrahim bin A'dham dan Rabi'atul Adawiyyah.

Gus Hayid juga menjelaskan perkembangan ilmu tasawuf  hingga abad ke 5 hijriyah yang merupakan zaman kodifikasi tasawuf sebagai disiplin ilmu oleh Imam Ghazali yang salah satu kajiannya tertuang dalam kitab Ihya Ulumiddin.

"Jadi meskipun terminologi tasawuf dan sufi belum ada di zaman nabi dan sahabat, tapi praktik tasawuf dan prilaku sufistik itu sudah ada sejak zaman Rasulullah. Siapa yang mencontohkan? Ya, Rasulullah sendiri, dan diikuti Abu Bakar Assidiq, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman dan sayyidina Ali serta para sahabat senior lainnya. Mereka lebih mementingkan urusan akhirat ketimbang urusan dunia, meskipun mereka tetap tak meninggalkan kewajiban urusan dunianya. Itulah praktif sufistik sejati yang di kemudian hari oleh para ahli disebut sebagai kajian dan disiplin ilmu tasawuf," tegas pengurus komisi dakwah MUI pusat ini melalui pesan tertulis kepada NU Online

Oleh karena itu, lanjut mantan sekretaris dubes RI di Aljazair ini, kalau ada yang mengharamkan dan membid'ahkan tasawuf sebagai prilaku yang sesat, maka bisa dipastikan orang tersebut tidak paham sejarah tasawuf dan praktik tasawuf yang ternyata bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah.

"Mereka harus membaca lagi dan belajar lagi serta membersihkan hatinya dari prilaku merasa benar sendiri alias sombong," terang Gus Hayid.

Saat ditanya soal bagaimana praktik sufism di era modern, Gus Hayid menyarankan semua peserta diskusi untuk mempraktikkan perasaan selalu bersama Allah dalam setiap saat dan waktu.

Dengan merasa selalu diawasi dan bersama Allah maka seseorang akan merasa menjadi lebih berhati-hati dari berbuat kerusakan dan sesuatu yang merugikan orang lain.

Efeknya menurut sekjen Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) ini akan menjadikan seseorang selalu berhati-hati dalam hidup serta mudah membantu orang lain sekaigus senang membahagiakan orang lain karena dia akan selalu mencontoh sifat Allah dalam segala tindakannya sehari-hari.

"Praktiknya bisa dilihat dalam bentuk rajin shalat dan ibadah fardu lainnya, terus selalu berbuat baik dan menebar kasih sayang serta tak mau berbuat mafsadat alias kerusakan. Karena prinsip tasawuf dan sufistik itu berdasar firman Allah qod aflaha manzakkaha waqod khoba man dassaha. Haditsnya, ma huwal Islam, ma huwal iman dan ma huwal ihsan. Jadi kalau ada orang yang ngaku sufi tapi nggak shalat, nggak menjalankan syariah yang lain, bisa dipastikan praktik tasawuf orang itu sesat alias tak sesuai dengan sunnah Rasulullah," tegasnya sekaligus mengingatkan bahwa guru sufi yang paling agung adalah Rasulullah.

Rasulullah ujarnya sama sekali tidak meninggalkan syariat Allah meski sudah menjadi nabi dan rasul serta dijamin surga.

"Beliau tetap shalat, zakat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah syar'i lainnya. Jadi tasawuf itu adalah disiplin ilmu yang baik karena membuat orang berhati-hati dan selalu bertaqarrub kepada Allah. Praktik sufi adalah praktik yang mulia, selama tetap sesuai dengan syari'at Allah," Pungkas Pengasuh Pesantren Skill Jakarta ini.

Hadir dalam acara bergengsi ini ketua PCINU Jepang, Ketua PCIMU Jepang, dan para mahasiswa muslim dari berbagai jurusan serta alumni kampus besar di Indonesia seperti ITB, ITS, Unair, UGM, UI dan lain-lain yang tergabung dalam Modori. (Red: Muhammad Faizin)

http://www.nu.or.id/post/read/87044/gus-hayid-ilmu-tasawuf-bukanlah-ilmu-sesat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Kyai dan Mubaligh Nusantara Tolak People Power

Toleransi Beragama: Perbedaan itu Rahmat

Status Indonesia sebagai Negeri Islam dalam Kajian Fiqih