Sabar sebagai Jalan Perdamaian


Sabar sesungguhnya merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan perdamaian. Apalagi kita menyadari, setiap umat manusia di dunia ini tidak mungkin luput dari berbagai macam ujian. Melalui ujian dan cobaan, Allah Swt sejatinya hendak meninggikan derajat hamba-Nya yang senantiasa beriman dan mengingat-Nya. Di dalam Alquran Allah berfirman:
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
”Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (QS. An-Nahl: 126).
Menurut Prof Muhammad Quraish Shihab (2017), secara eksplisit ayat tersebut menegaskan bahwa setiap muslim apabila hendak memberi hukuman pada orang yang telah menyakitinya, hendaknya memberikan hukuman yang setimpal dan seadil-adilnya sesuai kesalahan yang telah dilakukan. Sebaliknya, Allah Swt melarang keras hukuman yang melampaui batas, yakni melebihi dari balasan yang sepadan.
Kendatipun demikian, apabila kita lebih memilih bersabar dan tidak menuntut balas, maka hal itu sungguh lebih baik bagi kita, baik untuk kebaikan dunia maupun akhirat. Hukuman terhadap mereka yang pernah berbuat salah semata-mata bertujuan untuk menegakkan kebenaran, bukan untuk kepentingan pribadi. 
Ayat di atas diturunkan ketika Rasulullah hendak membalas perbuatan yang dilakukan oleh Hindun terhadap Hamzah. Namun, Allah segera memerintahkan malaikat Jibril untuk menyampaikan ayat tersebut. Lalu apa yang terjadi? Nabi Muhammad Saw lebih memilih memaafkan daripada membalas dendam. Tindakan Rasulullah Saw tersebut seakan memberi pesan bahwa manusia tidak mungkin bisa memberikan hukuman yang persis seadil-adilnya sesuai perbuatan buruk yang telah orang lain lakukan. 
Bersabar merupakan sikap yang patut dimiliki oleh setiap insan. Ketika mendapatkan batu ujian dan cobaan hendaklah bersabar, serta menerima setiap ujian dan cobaan tersebut dengan ikhlas. Dengan demikian, kita akan tersucikan dari perbuatan zalim. 
Apabila kita mendapat musibah, sesungguhnya itu semua merupakan ujian sebagai bentuk teguran atas kesalahan yang pernah kita lakukan. Apabila ikhlas menerima, akan menghapus dosa-dosa kita. Bagi orang yang makin tinggi keimanannya, lalu mendapatkan ujian, maka Allah akan meninggikan derajatnya. 
Sikap sabar harus disertakan dengan rasa ikhlas dan memaafkan atas semua yang terjadi. Ketika cobaan tersebut datang menimpa dan menyisakan kesedihan yang mendalam, maka perlu mengambil langkah secara bijak dengan ikhlas menerima, memaafkan pelaku dan diri sendiri serta bersabar dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Kisah Sarbini, seorang  korban bom kuningan tahun 2004, adalah cerminan dari kesabaran sejati. Pengalaman hidup yang penuh penderitaan karena terkena bom, tak membuatnya putus asa. Alih-alih marah, Sarbini justru lebih banyak bersabar dalam menjalani proses pemulihan. Ia bangkit dan tidak menyerah dengan keadaan. Buah dari kesabaran dan keikhlasannya menjadikan Sarbini sebagai pribadi tangguh yang mampu bekerja kembali dan menafkahi keluarganya.
Sarbini selalu mengingat sabda Rasulullah Saw:
 عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً 
Artinya: Dari Aisyah RA. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: ”Apa saja musibah yang menimpa orang mukmin, termasuk terkena duri dan yang lebih dari itu, pasti Allah tinggikan derajatnya dan hapuskan kesalahannya.” (No. 2572-HR. Muslim).
Tak sekadar ikhlas, bangkit dan bekerja kembali, Sarbini memilih menjadi ’duta perdamaian’. Membagikan pengalamannya kepada orang lain untuk dijadikan pelajaran serta berharap jalan perdamaian yang dipilihnya menjadi penambah pahala dan penghapus dosa-dosa. (CN).

Sumber : https://www.aida.or.id/2019/07/5270/sabar-sebagai-jalan-perdamaian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Forum Kyai dan Mubaligh Nusantara Tolak People Power

Toleransi Beragama: Perbedaan itu Rahmat

Status Indonesia sebagai Negeri Islam dalam Kajian Fiqih