Hasut dan Adu Domba adalah Dosa Besar. Kenapa Kita Sering Melakukannya?
Tiap hari kita, caci maki, kata-kata kasar, menuduh, stigmatisasi sesat dan sejenisnya masih terus meluncur dari mulut ke mulut dan berhamburan dari mimbar ke mimbar, seakan-akan tak bisa berhenti atau dihentikan bagai busur (anak panah) yang dilepaskan ke arah sasarannya. Banyak hati yang terus membara, mendidih dan menyala-nyala, seakan terlampau sulit untuk padam. Di antara mereka ada yang seperti amat senang memprovokasi, mengadudomba dan menyulut api permusuhan antar umat seagama atau berbeda agama atau antar warga negara. Akal intelektual sebagai unsur khas manusia yang karena itu ia menjadi terhormat, tak lagi digunakan. Ia telah disingkirkan dari ruang percakapan sosial. Yang menguasai diri adalah emosi yang siap membuncah dan meledak-ledak. Tetapi satu hal yang sungguh tidak dapat dimengerti adalah bahwa mereka yang terlibat dalam pusaran saling mengumbar marah dan menghasut itu menganggap diri paling mengerti tentang agamanya sambil m...